Isyana Bagoes Oka (rachman/detikhot)
Jakarta Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka adalah salah satu nama jurnalis dan presenter handal di Tanah Air. Namun, siapa sangka wanita kelahiran 13 September 1980 itu baru belakangan menyadari cinta akan profesinya, yakni saat terjadi peristiwa bom Bali 2.
"Waktu bom Bali 2 itu aku baru benar-benar merasa bahwa aku cinta akan profesiku sebagai jurnalis," ujarnya ketika berbincang dengan Detikhot di kediamannya di daerah Lebak Bulus, Jakarta Selatan, belum lama ini.
Dikisahkannya, Oktober 2005 silam, untuk kedua kalinya Bali diguncang bom dahsyat. Tidak biasanya, Isyana mengaku sangat berhasrat untuk meliput langsung kejadian memilukan itu.
"Baru sekali-sekalinya berharap, aduh gue dong yang berangkat, gue dong. Baru pertama kali punya perasaan untuk gue mau berangkat ingin liputan," kenangnya.
Harapan itu pun terkabul. "Mungkin karena gue orang Bali, jadi langsung diutus ke sana," jelasnya. Mulai dari situ, isteri dari George Albert Tulaar itu mengaku kian mencintai dan total menggeluti profesinya.
"Pada saat itu gue berpikir, kayaknya bakal lama nih kerja. Memang dasarnya senang dengan pekerjaan ini. Jadi ya udah, pada saat itu baru sadar, oh ternyata serius nih. Dan, sampai sekarang nggak terasa sudah 8 tahun berkarier," terangnya.
Menjadi jurnalis memang bukan cita-cita Isyana. Sejak muda ia tak memusingkan pekerjaan apa yang akan digelutinya kelak. Baginya, hidup tak harus ngoyo. Mengalir saja seperti air.
Kecantikan parasnya pernah mengantarkannya menjadi juara favorit pembaca di ajang Wajah Femina pada 2002. Sejak itu, Isyana pun kebanjiran tawaran sebagai model dan bintang iklan.
Setelah lulus dari jurusan Hubungan Internasional, Universitas Indonesia pada 2003, Isyana pun mencoba peruntungannya berkarier di Trans TV sebagai presenter dan reporter. Sayangnya, ia tak sampai setahun bekerja di sana. Kenapa?
"Waktu itu aku nggak tahu kalau ada kebijakan news presenter-nya nggak boleh punya iklan. Sementara aku punya iklan sebelum masuk Trans TV dan masih running. Jadi nggak bisa deh," sesalnya.
Ibu dari Gyanendra Frederick Oka Tulaar (8 bulan) itu pun mendapat tawaran untuk pindah ke TV 7 (sekarang Trans 7). Ia beruntung lantaran profesi sebelumnya sebagai bintang iklan tak dipermasalahkan.
"Ditawarin jadi presenter juga. Terus gue tanya, masalah nggak sama iklan yang lama? Katanya, nggak masalah, tapi kalau sama iklan baru, nggak boleh. Ya udah gue mau," kisahnya.
Sejak itu kariernya mulai bersinar sebagai reporter. Tak lama, ia pun didapuk membawakan program Tajuk Utama. Kemudian mendapat kepercayaan menjadi presenter program yang mengupas sebuah berita secara mendalam bernama Kontroversi.
Hingga kini sudah 8 tahun ia menggeluti profesi yang membesarkan namanya itu. Ia mengaku masih ingat awal-awal dirinya berkarier dulu. Masih malu-malu dan grogi jika bertemu narasumber. Lantas, bagaimana sekarang?
"Waktu awal-awal kayaknya wawancara orang grogi banget, deg-degan. Tapi sekarang, mau ketemu menteri kek, mau presiden juga, jadi udah lebih pede aja," ujarnya seraya tertawa kecil.
"Waktu bom Bali 2 itu aku baru benar-benar merasa bahwa aku cinta akan profesiku sebagai jurnalis," ujarnya ketika berbincang dengan Detikhot di kediamannya di daerah Lebak Bulus, Jakarta Selatan, belum lama ini.
Dikisahkannya, Oktober 2005 silam, untuk kedua kalinya Bali diguncang bom dahsyat. Tidak biasanya, Isyana mengaku sangat berhasrat untuk meliput langsung kejadian memilukan itu.
"Baru sekali-sekalinya berharap, aduh gue dong yang berangkat, gue dong. Baru pertama kali punya perasaan untuk gue mau berangkat ingin liputan," kenangnya.
Harapan itu pun terkabul. "Mungkin karena gue orang Bali, jadi langsung diutus ke sana," jelasnya. Mulai dari situ, isteri dari George Albert Tulaar itu mengaku kian mencintai dan total menggeluti profesinya.
"Pada saat itu gue berpikir, kayaknya bakal lama nih kerja. Memang dasarnya senang dengan pekerjaan ini. Jadi ya udah, pada saat itu baru sadar, oh ternyata serius nih. Dan, sampai sekarang nggak terasa sudah 8 tahun berkarier," terangnya.
Menjadi jurnalis memang bukan cita-cita Isyana. Sejak muda ia tak memusingkan pekerjaan apa yang akan digelutinya kelak. Baginya, hidup tak harus ngoyo. Mengalir saja seperti air.
Kecantikan parasnya pernah mengantarkannya menjadi juara favorit pembaca di ajang Wajah Femina pada 2002. Sejak itu, Isyana pun kebanjiran tawaran sebagai model dan bintang iklan.
Setelah lulus dari jurusan Hubungan Internasional, Universitas Indonesia pada 2003, Isyana pun mencoba peruntungannya berkarier di Trans TV sebagai presenter dan reporter. Sayangnya, ia tak sampai setahun bekerja di sana. Kenapa?
"Waktu itu aku nggak tahu kalau ada kebijakan news presenter-nya nggak boleh punya iklan. Sementara aku punya iklan sebelum masuk Trans TV dan masih running. Jadi nggak bisa deh," sesalnya.
Ibu dari Gyanendra Frederick Oka Tulaar (8 bulan) itu pun mendapat tawaran untuk pindah ke TV 7 (sekarang Trans 7). Ia beruntung lantaran profesi sebelumnya sebagai bintang iklan tak dipermasalahkan.
"Ditawarin jadi presenter juga. Terus gue tanya, masalah nggak sama iklan yang lama? Katanya, nggak masalah, tapi kalau sama iklan baru, nggak boleh. Ya udah gue mau," kisahnya.
Sejak itu kariernya mulai bersinar sebagai reporter. Tak lama, ia pun didapuk membawakan program Tajuk Utama. Kemudian mendapat kepercayaan menjadi presenter program yang mengupas sebuah berita secara mendalam bernama Kontroversi.
Hingga kini sudah 8 tahun ia menggeluti profesi yang membesarkan namanya itu. Ia mengaku masih ingat awal-awal dirinya berkarier dulu. Masih malu-malu dan grogi jika bertemu narasumber. Lantas, bagaimana sekarang?
"Waktu awal-awal kayaknya wawancara orang grogi banget, deg-degan. Tapi sekarang, mau ketemu menteri kek, mau presiden juga, jadi udah lebih pede aja," ujarnya seraya tertawa kecil.
No comments:
Post a Comment