VIVAnews - Beberapa penyanyi yang populer era 80-an, kini hidup sederhana. Bahkan ada yang bermasalah dengan keuangan. Ada pula yang menderita sakit parah. Sayangnya mereka tak punya asuransi.
"Sebetulnya, seniman apapun harus bisa memanage karier. Dia harus tetap mampu menggulirkan pendapatan, memiliki asuransi dan lain-lain," kata pengamat musik, Bens Leo saat dihubungi vivanews.
Penyanyi solo, kata Bens Leo, cenderung memiliki manajemen yang kurang bagus. Hal ini tentu akan berpengaruh pada kondisi keuangan mereka di masa mendatang. Ia mencontohkan, band bisa populer karena memiliki manajemen yang baik.
"Kalau band kan bisa populer karena ada managemen yang bagus. Sedangkan, penyanyi solo itu biasanya dipegang keluarganya sendiri dan kebanyakan mereka tidak bisa manage dengan benar," kata Bens.
Untuk mengatasi masalah ini, ia mengungkap telah didirikan KOPSI (Koperasi Pekerja Seni Indonesia), 3 bulan lalu. Lembaga ini didirikan oleh Menteri koperasi dan beberapa seniman senior seperti Titiek Puspa dan Iis sugianto.
"Waktu di desain ada 20 anggota, sekarang sudah ada sekitar 50-an, yang bergabung seniman angkatan 70-80an," ujar Bens.
Lembaga ini didirikan untuk membantu para seniman mengatur penghasilannya. Ada juga kegiatan kemanusiaan dan asuransi, termasuk untuk membantu dalam situasi darurat.
Fakta lain yang diungkapkan Bens, pada 2000-an bermunculan band-band dan penyanyi solo 'tersapu' dengan tren tersebut. Pada saat seperti itu, eksistensi penyanyi solo sangat rapuh. Menurutnya, salah satu penyanyi solo yang masih eksis Glen Fredly karena ia mampu mengatur kariernya.
Wednesday, September 14, 2011
Bens Leo : Manajemen Penyanyi Solo Agak Rapuh
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment