Pada postingan sebelumnya,Inilah Bocoran Hasil Otopsi Sebuah Gerakan Teroris, Telah dijelaskan sedikit tentang perbedaan gembong teroris dan rekrutannya. Secara lebih jauh saya ingin membahas mengapa lapisan bawah organisasi teror dihuni orang-orang fanatik. Banyak orang dengan mudah menganggap kaum yang sangat fanatik itu hanyalah orang-orang yang kurang matang dan kurang seimbang, yang secara spontan terseret oleh zeitgeist, jiwa zaman, yang dijunjung tinggi sampai suatu ekstrim yang mencelakakan. Mereka adalah “orang-orang romantik kelas teri” kelompok ini ternyata mewakili berbagai filosofi yang penuh kontradiksi dan kacau sehingga sulitlah memandang mereka sebagai perwujudan dari suatu kebijaksanaan atau tujuan tertentu. beberapa diantaranya adalah orang yang fanatik beragama, beberapa lagi ultra nasionalis, beberapa lagi sekedar "anti otoritas" atau "anti imperialis". Apalagi mereka memandang perbedaan ideologi mereka sangat serius sehingga disamping melakukan teror terhadap pemerintahan, mereka pun menghabiskan waktu untuk mengejar-ngejar, menembaki dan menghancurkan sesama kelompok lain yang tak sepaham.
para teroris sendiri - tentunya pada tingkat rendah tetapi kadang-kadang juga pada tingkat atas - seringkali tidak menyadari seberapa jauh mereka itu dijadikan alat politik. Atau ironisnya ada yang bahkan terbuai oleh hayalan bahwa merekalah yang menunggangi untuk tujuan mereka sendiri.
Tentu saja teroris tidaklah menciptakan segala kesulitan dan ketegangan didunia. mereka hanya melihat dan menggunakannya. tidak ada luka yang dibiarkan sembuh, bahkan akan mereka buat semakin parah. kalau ada persengketaan, mereka akan mengobarkannya jadi perang. kalau ada suatu cita-cita perjuangan, dibenarkan atau tidak, mereka akan menunggu sampai seoramg fanatik dan bersifat ekstrim muncul, dan mereka akan memberinya senjata. Kalau mereka menghimpun dan melatih ekstrimis keras dalam jumlah cukup besar, orang-orang seperti ini dapat bekerja efektif tanpa instruksi mendetil. Dengan semboyan: menghukum satu orang, membuat takut seratus orang, huru hara pun terjadi.
No comments:
Post a Comment