Jika koalisi pemberontak Libya berhasil mengusir Kolonel Muammar el-Qaddafi dari kekuasaan, itu berarti tidak hanya jatuhnya diktator terlama di dunia Arab tetapi juga akhir dari sistem ideologis ambisius dimana ia bermimpi untuk menyingkirkan semua rivalnya. Sementara sebagian besar dunia melihat dia sebagai seorang demagog eksentrik dan brutal, Qaddafi telah mencoba selama beberapa dekade untuk menggambarkan dirinya sebagai seorang filsuf-negarawan. Ini adalah aspirasi terbaik yang coba dia wujudkan dalam Buku Hijau (Green Book). Di Libya, buku ini ada di mana-mana: selama beberapa generasi pelajar Libya tumbuh lewat ajarannya.
Buku Hijau yang dibakar oleh warga Libya |
Sebagian besar Buku Hijau dianggap hanya sebagai gado-gado dari aforisme diktator sinting. Tetapi Buku Hijau memang memiliki logikanya sendiri yang khas: campuran sosialisme utopia, nasionalisme Arab dan ideologi revolusioner Dunia Ketiga yang lazim pada saat itu ditulis, bersama seberkas supremasisme Badui. Nada dan gaya tradisi sastra Arab klasik menggema dari juru tulisnya yang setia menguraikan masalah-masalah filsafat, politik, seni budaya, atau apapun.
Pada tahun 1975, enam tahun setelah ia mengambil alih kekuasaan, Qaddafi menerbitkan jilid pertama Buku Hijau "Solusi Masalah Demokrasi". Dengan itu, ia berjanji menyelamatkan dunia dari kegagalan demokrasi Barat dan Komunisme. Dilanjutkan dengan "Teori Universal Ketiga" yang membuka era demokrasi massa, dimana orang akan memerintah diri sendiri secara langsung. Qaddafi bertekad melawan pemilu, partai politik dan representasi populer ("tirani kediktatoran dunia ada di bawah bayang-bayang parlemen"). Dia mengutuk pemungutan suara sebagai satu-satunya bentuk asli demokrasi sebagai "sebuah penipuan terhadap demokrasi". Ia berpendapat, satu-satunya bentuk demokrasi yang ideal, ketika massa terkumpul di komite-komite rakyat, kongres-kongres populer dan asosiasi profesional. Maka "Masalah demokrasi di dunia," ia menyatakan, "terselesaikan."
Jilid kedua menawarkan "Solusi Masalah Ekonomi," berisi campur aduk kuasi-cita-cita sosialis dan gagasan kapitalis. Di beberapa bagian, Qaddafi kadang menjadi guru motivasi kesadaran-kelas: "Tidak ada upah-pekerja dalam masyarakat sosialis, hanya mitra" dan "Kebebasan manusia berkurang jika orang lain mengontrol apa yang dia butuhkan" Di lain bagian, ia meninggikan kepemilikan properti: "Tidak ada kebebasan bagi orang yang tinggal di rumah orang lain, apakah ia membayar sewa atau tidak," dan "kendaraan Anda tidak harus dimiliki oleh orang lain."
Beberapa sarjana telah membandingkan ideologi politik dan ekonomi Buku Hijau dengan Rousseau, Mao dan Marx. Tapi tidak ada teks-teks agama atau pemikir politik dan ekonomi yang telah mempengaruhi Qaddafi.
Menurut sebagian besar info, Qaddafi tidak terlalu berpendidikan atau banyak membaca ketika ia mulai menyusun Buku Hijau. Ada sedikit keraguan, bagaimanapun, ia sangat dipengaruhi oleh Gamal Abdel Nasser, Perwira Mesir yang memimpin revolusi tahun 1952 yang menggulingkan Raja Farouk yang didukung Inggris. Sebagai remaja, Qaddafi mendengarkan Radio Kairo "Voice of The Arabs" dan ingat pidato-pidato Nasser. Risalah tipis Nasser, "Pembebasan Mesir: Filsafat Revolusi," pertama kali diterbitkan pada tahun 1955. Disamping dari judulnya sendiri, ada sedikit filsafat dalam koleksi anekdot, perenungan, dan sejarah pribadi di buku ini. Meskipun demikian, Nasser bertekad melawan imperialisme dengan mendirikan Pan-Arab, Pan-Afrika, dan Pan-Islam, dan berpendapat adalah tugas pemimpin untuk menyatukan dan memimpin alam ini. Mengutip Luigi Pirandello's "Enam Karakter Mencari Pencipta," Nasser menggambarkan dunia Arab sebagai "berkeliaran tanpa tujuan untuk mencari pahlawan" - tidak diragukan lagi Qaddafi melihat dirinya sebagai pahlawan seperti itu.
Berbeda dengan modernisasi Nasser, Qaddafi mengungkapkan rasa hormat pada Badui dan masyarakat suku tradisional. Di sini, Qaddafi mungkin dipengaruhi oleh Ibnu Khaldun, sejarawan dan filsuf Muslim Afrika Utara abad ke-14 dengan "Muqaddimah"nya yang dianggap sebagai pelopor ilmu sosial modern. Ibnu Khaldun menggambarkan masyarakat dibagi menjadi dua kategori, nomaden dan menetap. Dia berargumen bahwa semakin manusia berkembang jadi lebih "beradab" mereka menjadi makin lemah. Qaddafi memenangkan hati kaum Badui dan membandingkan penyakit-penyakit kehidupan modern dengan masa lalu yang ideal "alami". Misalnya, kritik pedas terhadap peternakan unggas modern ("Daging burung liar lebih enak dan bergizi karena mereka tumbuh secara alami dan makan secara alami "). Dalam bagian lain, Qaddafi menganggap panggilan wajib belajar sebagai "pemaksaan pembodohan massa "dan mendesak sebuah "revolusi budaya di seluruh dunia untuk membebaskan pikiran manusia dari kurikulum fanatisme"
Segera setelah penerbitan volume pertama, Qaddafi mengumumkan bahwa ia akan menempatkan Buku Hijau sebagai ajaran wajib. Ia mengundurkan diri dari semua posisi resmi di tahun 1977 dan memproklamirkan dirinya sebagai "Penuntun menuju Era Massa" Libya, ia mengklaim, akan memerintah sendiri, menggantikan pemerintahan dengan komite rakyat. Tentu saja, Qaddafi dan kroni-kroninya mempertahankan dengan tangan besi, kongres populer yang dipanggil bersidang beberapa kali setahun - atas kehendak Qaddafi - hanya untuk menegaskan kembali keinginan pemimpin.
Pada tahun 1980, Qaddafi dan penasihatnya mencoba untuk memaksakan beberapa ide ekonomi yang diletakkan dalam Buku Hijau, untuk menaruh kontrol lokal pada sistem sosialis terpusat. Mereka menerapkan sistem supermarket yang dikelola pemerintah dan mengeluarkan dekrit yang memungkinkan setiap keluarga hanya memiliki satu rumah. Sebuah Reformasi yang menghasilkan sistem sarat dengan korupsi dan salah kelola, serta menghancurkan kelas pedagang tradisional.
Tapi Qaddafi tidak puas hanya dengan mengocok masyarakat Libya disekitar doktrin Buku Hijau, ia ingin menyebarkannya sebagai misi suci. Pusat Dunia untuk Studi dan Penelitian Buku Hijau, sebuah think-tank di Tripoli, memiliki staf lebih dari 100 dan cabang di seluruh dunia (hancur awal mei 2011 oleh serangan udara NATO.) Sepanjang tahun 1980-an dan 90-an, lembaga ini memiliki jutaan dolar anggaran tahunan, yang dihabiskan untuk menerjemahkan buku ini ke lebih dari 30 bahasa, mengadakan konferensi internasional dan membedah hampir 140 studi dan makalah ilmiah tentang teori Qaddafi. Pengamat menganalisis setiap aspek teks yang diajarkan di semua sekolah Libya, dan mahasiswa program master dan doktor di universitas-universitas didorong untuk menulis disertasi atas Qadaffi. Mengherankan, kemudian, ketika gelombang pemberontakan Arab mencapai Libya, salah satu ekspresi pertama dari kehendak massa adalah untuk membakar buku yang sangat diklaim Qaddafi akan membebaskan mereka.
No comments:
Post a Comment