Seorang pria yang tabah, dia sudah mengalami semua kemalangan hidup, namun belum pernah barang sekalipun dia mengeluh. Dia sudah menikah, dan istrinya lari dengan orang upahannya. Dia punya seorang anak perempuan, dan anak perempuannya ditipu oleh seorang bajingan. Dia punya seorang anak laki-laki dan anak laki-lakinya tewas dalam kecelakaan. Api membakar gudangnya, angin puyuh menerbangkan rumahnya, banjir membinasakan tanaman pangannya, dan bank menutup angsurannya, menyita ladangnya. Namun pada kedatangan setiap kemalanganbaru dia berlutut dan memanjatkan syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa untuk belas kasihan-Nya yang tanpa batas.
Beberapa waktu kemudian, dalam keadaan tidak punya uang satu sen pun, tetapi masih tunduk kepada perintah dari atas, akhirnya dia terdampar di panti penampungan orang miskin. Pada suatu hari seorang mandor mengirimkannya keluar untuk membajak ladang kedele. Hujan badai datang tetapi kelihatannya akan berlalu, tiba-tiba petir menyambar dari langit. Petir melelehkan bajak, menelanjanginya hampir dari semua pakaiannya, membakar habis jenggotnya, dan memberi cap punggungnya dengan huruf singkatan namanya, dan melemparkannya ke seberang pagar kawat berduri.
Setelah dia sadarkan diri dari pingsannya, perlahan-lahan dia bangkit dan berlutut,menjalin kedua tangannya dan mengangkat mukanya ke arah langit. Kemudian untuk pertama kalinya, dia mengutarakan dirinya: "terima kasih Tuhan," katanya, "ini tidak pernah mereka buat dalam sinetron, tapi sekarang saya tahu inilah yang dinamakan mati konyol"
No comments:
Post a Comment