Pada akhir abad ke-17 Yu Yonghe pejabat dinasti Qing mencatat bahwa tentara Belanda yang terluka saat berperang melawan pasukan Koxinga untuk menguasai Taiwan tahun 1661 menggunakan mesiu untuk meledakkan diri sendiri daripada harus jadi tawanan.
Selama Revolusi Belgia, Letnan Belanda Jan van Speijk meledakkan kapal sendiri di pelabuhan Antwerp untuk mencegah ditangkap oleh Belgia.
Contoh lain adalah tentara Prusia Karl Klinke pada 18 April 1864 pada Pertempuran Dybbøl, yang meninggal meledakkan terowongan benteng Denmark.
Pada abad ke-18 John Paul Jones menulis tentang pelaut Ottoman yang merancang kapal-kapal mereka sendiri untuk dibakar dan menyeruduk kapal-kapal musuh mereka, meskipun mereka tahu ini berarti kematian bagi mereka.
Bom bunuh diri modern sebagai alat politik dapat ditelusuri kembali saat pembunuhan Tsar Alexander II di Rusia pada 1881. Alexander jadi korban plot kelompok nihilist. Saat berkendara di salah satu jalan pusat Saint Petersburg, dekat Istana Musim Dingin, ia terluka parah oleh ledakan granat rakitan dan meninggal beberapa jam kemudian. Tsar dibunuh oleh anggota Narodnaya Volya, Ignacy Hryniewiecki, yang ikut meninggal saat bom meledak selama serangan.
Rudolf Christoph Freiherr von Gersdorff tercatat pernah bermaksud membunuh Adolf Hitler dengan bom bunuh diri pada 1943, tetapi tidak dapat menyelesaikan serangan.
Selama Battle for Berlin, Luftwaffe (angkatan udara NAZI) menerbangkan satuan Selbstopfereinsatz untuk menghancurkan jembatan-jembatan yang dibuat satuan zeni tempur Soviet di atas sungai Oder. Misi ini diterbangkan oleh pilot dari Skuadron Leonidas di bawah komando Letnan Kolonel Heiner Lange. Dari 17 April sampai 20 April 1945 menggunakan pesawat yang tersedia, Luftwaffe mengklaim bahwa skuadron itu telah menghancurkan 17 jembatan, namun sejarawan militer Antony Beevor ketika menulis tentang insiden itu berpendapat bahwa angka itu terlalu dibesar-besarkan dan cuma jembatan kereta api di Küstrin yang positif hancur. Dia berkomentar bahwa "tiga puluh lima pilot dan pesawat merupakan harga yang harus dibayar untuk suatu keberhasilan terbatas dan sementara". Misi dibatalkan ketika infanteri Soviet mencapai pangkalan udara skuadron di Jüterbog.
Pada periode yang sama Jepang yang makin frustrasi, memperkenalkan taktik Kamikaze, tindakan ini menjadi formal dan ritual, seperti pesawat dilengkapi dengan bahan peledak khusus untuk tugas misi bunuh diri. tindakan ritual pengorbanan diri oleh kekuatan militer, terjadi selama pertempuran dalam skala besar pada akhir Perang Dunia II. sebagai taktik militer yang bertujuan menimmbulkan kerusakan material pada kapal-kapal Sekutu di Pasifik. Serangan itu menyebabkan kerusakan yang signifikan karena pesawat terbang mereka sarat bahan peledak. Tapi serangan kamikaze tidak efektif untuk menghancurkan dek penerbangan kapal induk yang berlapis baja.
Contoh lain adalah tentara Prusia Karl Klinke pada 18 April 1864 pada Pertempuran Dybbøl, yang meninggal meledakkan terowongan benteng Denmark.
Pada abad ke-18 John Paul Jones menulis tentang pelaut Ottoman yang merancang kapal-kapal mereka sendiri untuk dibakar dan menyeruduk kapal-kapal musuh mereka, meskipun mereka tahu ini berarti kematian bagi mereka.
Bom bunuh diri modern sebagai alat politik dapat ditelusuri kembali saat pembunuhan Tsar Alexander II di Rusia pada 1881. Alexander jadi korban plot kelompok nihilist. Saat berkendara di salah satu jalan pusat Saint Petersburg, dekat Istana Musim Dingin, ia terluka parah oleh ledakan granat rakitan dan meninggal beberapa jam kemudian. Tsar dibunuh oleh anggota Narodnaya Volya, Ignacy Hryniewiecki, yang ikut meninggal saat bom meledak selama serangan.
Rudolf Christoph Freiherr von Gersdorff tercatat pernah bermaksud membunuh Adolf Hitler dengan bom bunuh diri pada 1943, tetapi tidak dapat menyelesaikan serangan.
Selama Battle for Berlin, Luftwaffe (angkatan udara NAZI) menerbangkan satuan Selbstopfereinsatz untuk menghancurkan jembatan-jembatan yang dibuat satuan zeni tempur Soviet di atas sungai Oder. Misi ini diterbangkan oleh pilot dari Skuadron Leonidas di bawah komando Letnan Kolonel Heiner Lange. Dari 17 April sampai 20 April 1945 menggunakan pesawat yang tersedia, Luftwaffe mengklaim bahwa skuadron itu telah menghancurkan 17 jembatan, namun sejarawan militer Antony Beevor ketika menulis tentang insiden itu berpendapat bahwa angka itu terlalu dibesar-besarkan dan cuma jembatan kereta api di Küstrin yang positif hancur. Dia berkomentar bahwa "tiga puluh lima pilot dan pesawat merupakan harga yang harus dibayar untuk suatu keberhasilan terbatas dan sementara". Misi dibatalkan ketika infanteri Soviet mencapai pangkalan udara skuadron di Jüterbog.
Pada periode yang sama Jepang yang makin frustrasi, memperkenalkan taktik Kamikaze, tindakan ini menjadi formal dan ritual, seperti pesawat dilengkapi dengan bahan peledak khusus untuk tugas misi bunuh diri. tindakan ritual pengorbanan diri oleh kekuatan militer, terjadi selama pertempuran dalam skala besar pada akhir Perang Dunia II. sebagai taktik militer yang bertujuan menimmbulkan kerusakan material pada kapal-kapal Sekutu di Pasifik. Serangan itu menyebabkan kerusakan yang signifikan karena pesawat terbang mereka sarat bahan peledak. Tapi serangan kamikaze tidak efektif untuk menghancurkan dek penerbangan kapal induk yang berlapis baja.
Angkatan Laut Jepang juga menggunakan torpedo Kaiten yang dikemudikan satu atau dua orang pada misi bunuh diri. Meskipun kadang-kadang disebut kapal selam cebol, ini adalah versi modifikasi dari torpedo tak berawak. Meskipun sangat berbahaya, serangan-serangan kapal selam cebol tidak secara teknis merupakan misi bunuh diri, karena setelah membidik targetnya kedua crew melompat ke laut meskipun itu berarti mereka juga tidak akan pulang, karena kedua crew itu akan saling menembakkan pistol pada partnernya.
Setelah Perang Dunia II, Viet Minh "sukarelawan kematian" berperang melawan Pasukan Kolonial Perancis dengan menggunakan peledak seperti tongkat panjang untuk menghancurkan tank Perancis.
Sebagian besar serangan bunuh diri modern dilakukan oleh kelompok Islam radikal, dengan pengecualian beberapa separatis Pembebasan Macan Tamil Eelam di Sri Lanka
Di Israel, Gaza dan Tepi Barat, pemboman bunuh diri adalah strategi anti-Israel pada umumnya yang dilakukan oleh kelompok Islam dan kadang-kadang oleh kelompok-kelompok Palestina sekuler termasuk PFLP.
Ada begitu banyak sukarelawan untuk "Istishhadia" dalam Intifada Kedua di Israel dan wilayah pendudukan, menjadinya taktik yang populer, hingga kelompok Fatah menyatakan bahwa mereka 'dibanjiri' pemohon. serangan bunuh diri juga umum terjadi di Irak dan Afghanistan
Setelah Perang Dunia II, Viet Minh "sukarelawan kematian" berperang melawan Pasukan Kolonial Perancis dengan menggunakan peledak seperti tongkat panjang untuk menghancurkan tank Perancis.
Sebagian besar serangan bunuh diri modern dilakukan oleh kelompok Islam radikal, dengan pengecualian beberapa separatis Pembebasan Macan Tamil Eelam di Sri Lanka
Di Israel, Gaza dan Tepi Barat, pemboman bunuh diri adalah strategi anti-Israel pada umumnya yang dilakukan oleh kelompok Islam dan kadang-kadang oleh kelompok-kelompok Palestina sekuler termasuk PFLP.
Ada begitu banyak sukarelawan untuk "Istishhadia" dalam Intifada Kedua di Israel dan wilayah pendudukan, menjadinya taktik yang populer, hingga kelompok Fatah menyatakan bahwa mereka 'dibanjiri' pemohon. serangan bunuh diri juga umum terjadi di Irak dan Afghanistan
Bom Bunuh diri telah menjadi taktik di Chechnya, pertama digunakan dalam konflik pada tahun 2000 ketika seorang pria dan seorang wanita mengendarai sebuah truk sarat bom ke pangkalan militer Rusia di Alkhan Kala. Sejumlah serangan bunuh diri telah terjadi di Rusia sebagai akibat dari konflik Chechnya, mulai dari krisis penyanderaan teater Moskow tahun 2002 dengan krisis penyanderaan sekolah Beslan tahun 2004 dan pemboman Moskow Metro 2010 juga diyakini hasil dari konflik Chechnya.
Di Asia Tenggara praktek bom bunuh diri cukup dikenal setelah serangan di distrik Kuta, Bali, Indonesia pada tahun 2002. Serangan serupa juga terjadi di beberapa hotel, kedutaan dan beberapa tempat secara sporadis hingga sekarang. Pemboman dilakukan mulai dengan bahan high explosive C-4, TNT, hingga low explosive, dengan menggunakan kendaraan (mobil), backpack, hingga paket seperti buku.
Yang paling spektakuler adalah serangan bunuh diri di Amerika Serikat. 11 September 2001 yang merobohkan menara kembar World Trade Center dan Pentagon. Serangan serentak yang menewaskan hampir 3000 orang di New York. Pada saat fajar 11 september 2001 sembilan belas pembajak mengambil alih kendali empat pesawat komersial dari rute penerbangan San Fransisco, Los Angeles, Newark dan Washington DC. American Airlines Flight 11 dan United Airlines Flight 175 menghantam WTC, grup lain dari American Airlines Flight 77 menuju pentagon dan United Airlines Flight 93 jatuh di Shanksville. Dari transkrip rekaman audio kokpit dan beberapa penumpang yang berhasil melakukan komunikasi ponsel, menjelaskan detail kejadian dipesawat, bahwa pembajak menggunakan sejenis semprotan kimia mirip gas air mata atau merica, dan menikam pilot serta pramugari. Organisasi teroris Al Qaeda pimpinan Osama bin Laden dituding bertanggung jawab atas serangan ini
Jumlah serangan menggunakan taktik bunuh diri telah meningkat dari rata-rata kurang dari lima per tahun selama tahun 1980 menjadi 180 per tahun antara tahun 2000 dan 2005, dan dari 81 serangan bunuh diri di 2001 hingga 460 pada tahun 2005. Serangan ini diarahkan pada sasaran militer dan sipil, termasuk di Sri Lanka, di Israel sejak tanggal 6 Juli 1989, di Irak sejak invasi pimpinan negara itu tahun 2003, dan di Pakistan dan Afghanistan sejak tahun 2005. Doktrin perang menganggap serangan bunuh diri sebagai hasil ketidakseimbangan kekuatan, dimana satu kelompok menteror target sipil atau pemerintah yang menjadi musuhnya dengan menciptakan huru hara dan kepanikan.
No comments:
Post a Comment