Saturday, June 4, 2011

Pembajak Bandara Akhirnya Meledakkan Diri, Puslabfor Masih Olah TKP



Udara dingin bandara Sultan Taha Jambi menggelisahkan sistem navigasi, cabin pressure 0.3 bar. Indonezilla airlines belum mendapat clearance, alias delay, terlepas crew-nya belum menyerahkan maintenance log-sheet, yah, alasan klasik masalah ground handling. Kapten indonezilla asyik memandangi langit lewat sebuah mikroskop, melihat ada gejala yang aneh, apakah karena sebotol Cap Macan (minuman keras khas jambi) tadi? Sehingga dia melihat langit dikuasai spora dan terpelanting dengan celana berceceran urin? "UFOOOOO...!" itulah kosa kata terakhir sebelum dia pingsan

Sepuluh detik kemudian listrik padam, terdengar dengus pendek napas tanpa arah, sepasang bola mata liar seperti sapuan radar, mengincar penuh selidik dari bawah alis yang kusut melengkung bagai tanda tanya abadi, jari-jarinya seperti pensil menyambung kabel merah dengan merah, biru dengan biru, begitu rangkaian itu menyala, menara pengawas kembali mengudara, tapi dengan operator berbeda. "Hahaha..! matilah kalian manusia bumi!" lengkingan menggema dari pengeras suara. "Jangan ada yang keluar dari tempat ini! eit, kamu mau kemana mat sayuti?" seseorang berseragam pertahanan sipil mendadak  menghentikan langkah karena namanya disebut. 'Bagaimana mungkin didalam WC ada cctv yang bisa melihat dia mau membuka pintu?' pikir mat sayuti sambil mencari-cari kamera. Suasana jadi sangat tak kauan karena semua pintu terkunci, dan security bandara berkelojotan terkena setrum.

Diluar area bandara sudah berkerumun polisi, dengan cahaya senter berkilat-kilat satuan densus setengah delapan lengkap dengan regu snipernya. Tapi anehnya sejenis perisai magnetik memblokir semua perlengkapan mereka di gerbang bandara,  kecuali jika mereka mau masuk dalam keadaan bugil.

"Dengarkan aku baik-baik manusia tolol" pengeras suara kembali mengelantang "Aku datang dari planet bikinibottom, pesawatku kehabisan bensol, aku minta sepuluh tangki sekarang! dan jangan jadi pahlawan karena kalian terlalu muda untuk mati!"
"Baiklah bang UFO, beri kami waktu satu jam untuk mengirim tangki dari depot kasang" balas seorang komandan diluar gerbang
"Kalian tidak sedang menawar, sayang! cepatlah atau otak kalian buyar dijalan ini"
"Iya, tapi...." Duarrr (gedebuk) sang komandan roboh bersimbah kencing
"huahaha...! masih ada yang mau ikut dengannya ke neraka, hmm..!?"

"Ada!" celetuk kapten indonezilla yang baru setengah siuman
"Ya Tuhan, kau lagi, orang susah!" si UFO kembali meraba tombol ajaibnya
"Tapi tunggu dulu bang!" kapten indonezilla menginterupsi "barangkali kita bisa enjoy sebentar sambil mobil tangki kesini, kami punya outlet souvenir khas Jambi disini, kalau abang suka, ambillah sekadar oleh-oleh keluarga abang di bikinibottom nanti"
"Cuihhh... ! tapi...  hoy muka jamban! sini sebentar, apa itu yang kau pegang?" UFO memperhatikan botol yang dipegang kapten indonezilla
"Oh... ini suplemen bang, khas Jambi, hahaha... kalau minum ini, saya bisa terbang keluar galaksi"
"Lagak kau badut, kencing pun meleset, sinih!" UFO merampas botol cap macan dari tangan kapten indonezilla, dan langsung menggelontor tenggorokannya, dan...

Seketika plasma darah UFO terinfeksi, menggumpal, menyumbat transmisi saraf menuju cerebral cortexnya, pandangannya langsung ngeblur jadi layar hitam putih. "Mantap men, Mantaaaap! hahaha...." UFO mulai berhalusinasi dan menceracau pelan "Memang kau ini wabah, manusia setengah hama, sandiwara ini belum selesai! awas kau ya, ini belum selesaaaiiiiiii....." gedebuk.. DuaaRRRRR !!!!

Ledakan cendawan raksasa menghiasi langit negeri sepucuk Jambi sembilan lurah, diakhiri dengan hujan lendir berwarna hijau, busuk sekali. Untuk pertama kali dalam hidupnya, kapten penerbang Indonezilla airlines menghadapi dilema, antara menjadi pahlawan selebritis atau tetap mengorbit di angkasa. Entahlah, barangkali sebotol Cap Macan yang bisa menjawabnya.

No comments:

Post a Comment